Beranda | Artikel
Sepanjang Hayat
Jumat, 21 Agustus 2020

Sepanjang Hayat

Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani mengatakan bahwa sebagian ulama berkata, 

مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا ثُمَّ تَابَ عَنْهُ لَزِمَهُ كُلَّمَا ذَكَرَهُ أَنْ يُجَدِّدَ التَّوْبَةَ لِأَنَّهُ يَلْزَمُهُ أَنْ يَسْتَمِرَّ عَلَى نَدْمِهِ إِلَى أَنْ يَلْقَي رَبَّهُ

“Seorang yang berbuat dosa lantas bertaubat itu berkewajiban memperbarui taubatnya setiap kali teringat dosa tersebut. Orang yang bertaubat dari suatu dosa itu berkewajiban untuk terus-menerus menyesali dosanya sampai meninggal dunia.” (Tafsir Murah Labid 2/81, penjelasan QS an-Nur 31)

Diantara unsur pokok taubat adalah serius menyesal. 

Tanda orang yang serius bertaubat adalah memperbarui rasa penyesalan setiap kali teringat dosa tersebut.

Ada tiga ciri orang yang serius memiliki rasa sesal:

  1. Setiap kali ingat dosa tersebut ada rasa sakit di dalam hati.
  2. Marah dengan diri sendiri mengapa sampai bisa terjerumus ke dalam dosa tersebut.
  3. Demikian benci dengan dosa tersebut melebihi rasa benci orang yang belum pernah terjerumus ke dalam dosa itu.

Teringat dosa yang pernah dilakukan bisa terjadi ketika:

  1. Duduk sendiri teringat dosa. 
  2. Membaca tulisan atau mendengar kajian yang ternyata membahas atau menyinggung dosa tersebut. 
  3. Melewati tempat yang dulu digunakan untuk berbuat dosa. 
  4. Melihat atau menjumpai benda-benda yang mengingatkan dosa tersebut. 

Saat teringat dosa tersebut, seorang yang bertaubat akan memperbanyak istighfar plus memperbarui rasa sesal di dalam hati.

Semoga Allah wafatkan penulis dan semua pembaca tulisan ini dalam kondisi bertaubat dari semua dosa, wafat dalam keadaan dicintai oleh Allah karena kesungguhan taubat kita. 

Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.


Artikel asli: https://nasehat.net/sepanjang-hayat/